Senin, 01 Mei 2017

PERILAKU SUKU BUNGA PERBANKAN DI INDONESIA



Ratu Nabila Saras Putri
 ANALISIS
JPEB – Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
(Vol.04 No.02 Tahun 2016)

DI SUSUN OLEH :
FITRI RAMADHANTY (8143162836)
D3 Sekretari 2016
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Jakarta



 1.      Latar belakang pemilihan jurnal

Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bias juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Atau harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya dan biasanya dinyatakan dalam persen (%).  Suku bunga termasuk bagian dari perekonomian di Indonesia. Oleh karena itu saya memilih jurnal tentang “JPEB – Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis”.


       2Tujuan analisis

Untuk mengetahui perilaku dari suku bunga di perbankan Indonesia

       3.  Hasil penelitian


  •        Tujuan kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan  nilai  rupiah  yang  salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang   rendah   dan   stabil.Untuk mencapai  tujuan  itu  Bank  Indonesia menetapkan  suku  bunga  kebijakan BI rate sebagai instrumen kebijakan utama  untuk  mempengaruhi  aktivitas  kegiatan perekonomian  dengan tujuan  akhir  pencapaian  inflasi.


  •         BI rate adalah  suku  bunga  kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter   yang   ditetapkan   oleh   BI dan    diumumkan    kepada    publik. Secara operasional, sikap kebijakan moneter ini dicerminkan oleh penetapan BI Rate yang diharapkanakan    memengaruhi    suku    bunga pasar  uang,  suku  bunga  deposito, dan  suku  bunga  kredit  perbankan. Perubahan   suku   bunga   ini   akan memengaruhi defisit transaksi berjalan,  nilai  rupiah,  tingkat  inflasi,pasar modal, dan investasi.


  •         Jalur   atau   transmisi dari    keputusan    BI    rate    sampai dengan  pencapaian  sasaran  inflasi tersebut    sangat    kompleks    dan memerlukan  waktu  (time  lag).  Jalur atau  transmisi  dari  keputusan  inilah berpengaruh pada aspek makro dan khsusunya   sektor   keuangan   dan perbankan.   Sektor   keuangan   dan perbankan memiliki pengaruh apabila  melihat  risiko  perekonomian cukup    tinggi, respon perbankan terhadap  penurunan  suku  bunga  BI rate biasanya     sangat lambat. Apabila  perbankan  sedang  melakukan  konsolidasi  untuk  memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang lesu (Bank Indonesia, 2015).


  •        Pada jalur suku bunga, perubahan BI rate memengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, BI dapat menggunakankebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktivitas ekonomi.Penurunan BI rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini akan meningkatkan aktivitas konsumsi dan investasi sehingga aktivitas perekonomian semakin bergairah.


  •       Menurut Tai, Sek, & Har (2012) lebih lanjut bahwa secara garis besar di Negara Indonesia, transmisi kebijakan dari suku bunga pasar uang ke suku bunga kredit dan deposito membutuhkan waktu yang relatif lama serta memiliki size of pass-through yang kecil jika dibandingkan dengan negara Malaysia dan Singapura. Hal ini menunjukan bahwa otoritas moneter di Negara Indonesia tidak dapat secara efektif mengontrol suku bunga pasarmelalui suku bunga official (suku bunga kebijakan) dalam mencapai sasaran kebijakan yang telah ditargetkan, serta adanya pasar keuangan yang tidak sempurna ditandai dengan kurangnya integrasi dalam pasar keuangan.

4.    Hasil dan analisis

Suku bunga adalah nilai dari pinjaman yang dinyatakan sebagai sekian persen dari uang pokok pada tiap waktu yang disepakati. Debitur (peminjam) harus membayar kepada kreditur (pemberi pinjaman) sejumlah uang yang merupakan ukuran harga sumber daya dari pinjaman.

Dalam kegiatan perbankan terdapat dua macam bentuk suku bunga yaitu Bunga Simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai ransangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya contoh: jasa. Dan Bunga Pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah pinjaman kepada bank. Contoh: bunga kredit.

Hal yang mempengaruhi besarnya suatu suku bunga yaitu  jangka waktu pinjaman, adanya koneksi atau kepercayaan kepada kreditur, target profit yang akan diperoleh, kebijakan pemerintah, kebutuhan dana yang ada, reputasi perusahaan, daya saing produk, persaingan antar bank dan adanya rekomendasi dari pihak ketiga.

Suku atau rasio bunga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu permintaan investasi modal dari sektor bisnis yang utama, dan penawaran tabungan. Bunga majemuk artinya adalah nilai pinjaman pokok yang terus berubah pada setiap akhir periode dengan perhitungan bunga yang bertambah. Dengan demikian, masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih dapat menginvestasikan dananya kepada bank, sementara masyarakat yang membutuhkan modal mempunyai pilihan untuk mengambil kredit pada bank.

Suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Bank sentral mempertahankan BI Rate pada level 7,75% setelah bereaksi cepat mengerek suku bunga acuan sehari setelah pengumuman penaikan harga BBM subsidi November 2015 dengan alasan untuk mengendalikan ekspektasi inflasi. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, BI pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan. Sebaliknya, BI akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
     5. Kesimpulan

  • ·           Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bias juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Atau harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya dan biasanya dinyatakan dalam persen (%). 
  • ·           Hal yang mempengaruhi besarnya suatu suku bunga yaitu  jangka waktu pinjaman, adanya koneksi atau kepercayaan kepada kreditur, target profit yang akan diperoleh, kebijakan pemerintah, kebutuhan dana yang ada, reputasi perusahaan, daya saing produk, persaingan antar bank dan adanya rekomendasi dari pihak ketiga.
  • ·           BI rate adalah  suku  bunga  kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter   yang   ditetapkan   oleh   BI dan    diumumkan    kepada    publik. Secara operasional, sikap kebijakan moneter ini dicerminkan oleh penetapan BI Rate yang diharapkanakan    memengaruhi    suku    bunga pasar  uang,  suku  bunga  deposito, dan  suku  bunga  kredit  perbankan.

Ø    Daftar Pustaka




PENGARUH PENGELUARAN KONSUMSI DAN INVESTASI PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA



Darma Rika Swaramarinda
Susi Indriani
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
ANALISIS
ECONOSAINS – Jurnal Online Ekonomi dan Pendidikan
(Vol.09 No.2 Tahun 2011)

DI SUSUN OLEH :
FITRI RAMADHANTY (8143162836)
D3 Sekretari 2016
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Jakarta



1.      Latar belakang pemilihan jurnal

Pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan salah satu dari ekonomi makro. Dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat berpengaruh besar bagi negara. Oleh karena itu saya memilih journal tentang “ECONOSAINS – Jurnal Online Ekonomi dan Pendidikan”.

2.      Tujuan analisis

Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dalam pengeluaran konsumsi dan investasi pemerintah.

3.      Hasil penelitian

  •       Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian yang bersifat teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro:1994). Kuznets mengemukakan enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi yang bisa ditemui di hampir semua negara maju, yaitu :
a. Tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertambahan penduduk yang tinggi.
b. Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi, khususnya produktivitas tenaga    kerja.
c. Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi.
d. Tingat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi.
e. Adanya kecenderungan negara-negara yang mulai atau yang sudah maju perekonomiannya untuk berusaha merambah bagian-bagian dunia lainnya sebagai pemasaran dan sumber bahan baku.
f. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sepertiga bagian penduduk dunia.

  •    Pertumbuhan ekonomi Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun walaupun secara umum dapat kita tarik kesimpulan bahwa pertumbuhannya cenderung membaik terutama setelah pemerintah memberlakukan kebijakan-kebijakan ekonomi sehingga tercipta suasana perekonomian yang kondusif. Pada saat krisis ekonomi melanda Asia, Indonesia tidak terkecuali terkena dampaknya bahkan mungkin yang terparah, tetapi saat ini perekonomian Indonesia sudah mulai bangkit lagi.

  •   Pengeluaran Investasi Pemerintah Dalam neraca anggaran pendapatan dan belanja negara, pengeluaran pemerintah Indonesia secara garis besar dikelompokkan atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Klasifikasi ini mirip seperti klasifikasi pengeluaran ke dalam pos-pos pengeluaran lancar dan pos-pos pengeluaran kapital. Pengeluaran rutin pada dasarnya berunsurkan pos-pos pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan roda pemerintahan sehari-hari, meliputi belanja pegawai, belanja barang, berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga barang); angsuran dan bunga utang pemerintah; serta sejumlah pengeluaran lain. Sedangkan pengeluaran pembangunan maksudnya pengeluaran yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk prasarana fisik, dibedakan atas pengeluaran pembangunan yang dibiayai dengan dana rupiah dan bantuan proyek. Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y=C+I+G+X-M merupakan “sumber legitimasi” pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Dari notasi yang sangat sederhana tersebut dapat ditelaah bahwa kenaikan (penurunan) pengeluaran pemerintah akan menaikan (menurunkan) pendapatan nasional (Dumairy:1997).

  •   Pengeluaran Konsumsi Pemerintah. Seperti telah diketahui, pengeluaran pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tercermin dalam realisasi anggaran belanja rutin dan realisasi anggaran belanja pembangunan, sedangkan jumlah seluruh penerimaan meliputi penerimaan dalam negeri dan penerimaan luar negeri yang disebut penerimaan pembangunan. Ditinjau dari tujuannya, pengeluaran rutin merupakan pengeluaran operasional dan mutlak harus dilakukan serta konsumtif, tetapi tidak semua anggaran belanja rutin dapat dikategorikan sebagai pengeluaran konsumsi (current expenditure), misalnya seperti belanja pembelian inventaris kantor, belanja pemeliharaan gedung kantor, dan lain-lain. Pengeluaran konsumsi yaitu pengeluaran rutin negara dalam hal ini belanja pegawai yang mencakup gaji dan pensiun, tunjangan serta belanja barang-barang dalam negeri, dana rutin daerah dan pengeluaran rutin lainnya yang berdampak konsumsi pegawai atau masyarakat terhadap barang-barang meningkat yang kemudian menaikkan fungsi konsumsi yang menyumbang kontribusi terhadap bruto nasional dan pertumbuhan ekonomi.


4.      Hasil dan analisis

          Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara               berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara dapat diukur dengan membandingkan. Contohnya ukuran nasional, Gross National Product (GNP). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara umum yaitu :

a.)    Faktor produksi.
b.)    Faktor investasi.
c.)    Faktor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran.
d.)   Faktor kebijakan moneter dan inflasi.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia 2017 akan mencapai 5,3 persen. Presiden memprediksi perekonomian Indonesia akan membaik dalam beberapa bulan kedepan. Presiden Joko Widodo juga memprediksi laju inflasi tahun 2017 diperkirakan berada pada kisaran 4,0 persen. Faktor yang membuat prediksi perekonomian Indonesia pada tahun 2017 membaik adalah kinerja ekspor nasional yang bergerak menuju tren positif. Nilai produk yang diekspor surplus bila dibanding dengan nilai impor, meningginya permintaan ekspor, ini sangat mempengaruhi daya saing sebuah negara. Semakin baiknya harga komoditas ekspor, membaiknya ekonomi China dan pengaruh dari suku bunga bank sentral Amerika Serikat. Ini satu-satunya pengaruh dari luar negeri, tetapi menjadi faktor penentu pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh investasi pemerintah sendiri terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu karena investasi termasuk kedalam jenis ekonomi makro, dan merupakan salah satu komponen dari pendapatan nasional, Produk Domestik Bruto (PDB), atau Gross Domestic Produk (GDP). Dengan adanya Investasi pemerintah mendapatkan penghasilan dari pajak yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat seperti yang tercantum dalam APBN(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) sedangkan masyarakat diuntungkan dengan tersediannya lowongan pekerjaan. Semakin banyak investor dalam negeri maupun asing yang menanamkan modalnya di indonesia, itu berarti dalam sektor industri mengalami pertumbuhan. Sehingga semakin luas kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia, serta Indonesia sedikit demi sedkit mampu mengurangi ketergantungannya terhadap negara lain.
Konsumsi merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan ekononomi Indonesia yang sekaligus juga indikator kesejahteraan penduduk Indonesia. Sebagai indikator kesejahteraan, tingkat konsumsi akan menentukan kualitas pembangunan manusia Indonesia yang terekam dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang sampai saat ini peringkatnya masih jauh dibawah negara-negara tetangga, seperi Singapura, Malaysia, Thailand, filipina, dan bahkan dengan Vietnam. Pemahaman terhadap konsumsi penduduk Indonesia selain berguna untuk memahami kondisi kesejahteraan penduduk Indonesia. Konsumsi penduduk Indonesia sebagian besar merupakan konsumsi rumah tangga menjadi prasyarat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengingat kondisi wilayah yang tersebar dengan beragam potensi sumberdaya alam dan beragam kesenjangan yang terjadi antar wilayah maupun antar sektor. Selain itu, keberagaman sosial ekonomi penduduk Indonesia yang sangat tinggi menjadi penghambat dalam mengukur tingkat konsumsi.
           
5.      Kesimpulan
  • ·   Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian yang bersifat teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.
  •          Pengaruh investasi pemerintah sendiri terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu karena investasi termasuk kedalam jenis ekonomi makro, dan merupakan salah satu komponen dari pendapatan nasional, Produk Domestik Bruto (PDB), atau Gross Domestic Produk (GDP).
  •       Konsumsi penduduk Indonesia sebagian besar merupakan konsumsi rumah tangga menjadi prasyarat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengingat kondisi wilayah yang tersebar dengan beragam potensi sumberdaya alam dan beragam kesenjangan yang terjadi antar wilayah maupun antar sektor. Selain itu, keberagaman sosial ekonomi penduduk Indonesia yang sangat tinggi menjadi penghambat dalam mengukur tingkat konsumsi.



Ø   DAFTAR PUSTAKA